Sabtu, 04 Juli 2015

Sejarah Sultan Sulaiman Rahmatullah

Sultan Sulaiman Rahmatullah, mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu oleh adiknya yaitu Pangeran Mangku Dilaga/Pangeran Ismail dengan gelar Ratu Anom Mangku Dilaga/Ratu Anom Ismail sebagai mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan kudeta), Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan raja-raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut. Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris, tetapi Inggris melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Kemudian Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya.

Sultan Sulaiman bin Sultan Tahmidillah adalah Raja Banjar ke-19 menurut zaman Hindu atau Sultan Banjar ke-11 menurut zaman Islam.

Sultan Sulaiman Rahmatullah memerintah sejak tahun 1808-1825 M, selama kurang lebih 17 tahun. Kesultanan Sulaiman juga tidak diakui oleh Belanda sebagai Sultan Banjar 11. Malah pihak Belanda memaksa beliau untuk menebus perjanjian antara Wiranata (Sultan Sulaiman Saidullah) dengan Belanda.

Pada tanggal 9 September 1809, Sultan Sulaiman menyerahkan intan miliknya 26 Karat ditaksir sekitar sekitar Fl 50.000 atau setara dengan 25.000 real kepada utusan khusus Gubernur Jenderal Belanda di Batavia (HW Daendels) sebagai alat penukar untuk mengambil alih kepemilikan atas benteng-benteng Belanda yang ada di Pulau Tatas (Banjarmasin) dan di Pantai Tabonio (Syamsuddin, 2001:82).

Pusat pemerintahan atau Keraton Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan beliau dipindahkan ke Karang Anyar Karang Intan, namun menurut pendapat masyarakat disini Letak Keraton di Desa Sungai Basar sebelum Desa Bi'ih dengan Nama "Karang Keraton".

Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1825 M dan dimakamkan di Desa Lihung Kecamatan Karang Intan, sampai saat ini makam beliau tetap terpelihara oleh Masyarakat disana terletak sekitar 20 meter di pinggir sungai Karang Intan, dulu kubah makam beliau berbentuk Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi sekarang dibuat beton dengan bentuk kubah mesjid disini banyak orang menyebut makam beliau makam Datu Keramat.

Di Desa Lihung sekitar kubah beliau banyak terdapat Rumah-Rumah Adat Banjar yang masih dapat dilihat bila melewati desa ini yaitu Rumah Adat Banjar Balai Bini yang berada di dekat samping makam Sultan Sulaiman dan Rumah Adat Palimasan dempet dua (Palimasan Kambar), menurut cerita orang tua disana dulunya banyak terdapat Rumah Adat disana tetapi karena terjadi kebakaran di tahun 1970an banyak menghanguskan rumah-rumah disana. Sekarang di Karang Intan berdiri Madrasah Aliyah yang menggunakan nama beliau yaitu Madrasah Aliyah Sultan Sulaiman.


Sumber : Di kutip dari thread akun Rusman Suryanata Effendi
https://www.facebook.com/Rusman.eff/posts/996867550337023:0

Rabu, 17 Desember 2014

Sejarah dan Riwayat Singkat Syamsuddin Noor

Tidak banyak warga Kalimantan Selatan tahu tentang pejuang yang satu ini. Walaupun namanya kemudian menjadi nama bandar udara terbesar di Kalimantan, namun kisah hidupnya masih tertutup oleh minimnya catatan sejarah lokal Kalimantan Selatan.
Moehammad Sjamsoeddin Noor
Moehammad Sjamsoeddin Noor

Letnan Udara Moehammad Sjamsoeddin Noor, lahir di Alabio (Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan), tanggal 5 November 1924. Ayahnya adalah seorang ulama dan aktif di pergerakan nasional yaitu H. Abdul Gaffar Noor, sedangkan ibunya Hj. Putri Ratna Wilis juga aktif di pergerakan berbasis keagaamaan. Aktivitas sang ayah yang aktif di pergerakan, membawa keluarga ini hijrah ke Batavia, sehingga Moehammad Sjamsoeddin Noor menghabiskan masa pendidikannya di Batavia.

Pada tahun 1939 Moehammad Sjamsoeddin Noor lulus dari HIS Batavia, kemudian dilanjutkan ke MULO Bogor lulus tahun 1942. Kemudian dilanjutkan lagi AMS Jogjakarta lulus tahun 1945. Pada tahun 1945, seluruh pemuda Indonesia bersiap untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru saja di proklamasikan. Pemuda Moehammad Sjamsoeddin Noor pun terpanggil untuk membela negara dengan memasuki Akademi Militer Jogjakarta. Setahun di akademi, diteruskan masuk Sekolah Kejuruan Penerbang. Negara kembali menugaskan Moehammad Sjamsoeddin Noor untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Penerbang di India dan Burma. Selama tiga tahun pendidikan ini beliau jalani dengan kedisiplinan, sehingga setelah lulus beliau dipercaya untuk menerbangkan pesawat angkut dan pesawat tempur AURI.

Bergabungnya Moehammad Sjamsoeddin Noor ke barisan pilot pesawat tempur AURI menambah kekuatan militer Indonesia kala itu, dikarenakan masih langkanya tenaga pilot pesawat tempur.
Pada hari Minggu, tanggal 26 November 1950, Moehammad Sjamsoedin Noor menjalankan tugas negara menerbangkan pesawat Dakota 446 milik AURI dari Lapangan Andir Bandung (sekarang Bandara Husin Sastranegara) menuju landasan pacu Tasikmalaya Jawa Barat. Di perjalanan, badai dan memburuknya cuaca menjadi kendala. Kondisi ini diperparah dengan rusaknya mesin pesawat, membuat Dakota kehilangan kendali. Pesawat pun jatuh setelah menabrak tebing Gunung Galunggung, sekitar 15 Kilometer dari Malang Bong, Kecamatan Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Seluruh awak pesawat termasuk M. Sjamsoedddin Noor gugur sebagai pahlawan. 

Prosesi pemakamannya dilakukan secara militer di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung, pada tanggal 26 November 1950. Diikuti tembakan salvo ke udara, TNI AU kehilangan salah satu penerbang muda terbaik bangsa. M. Sjamsudin Noor wafat di usia muda 26 tahun. Sebagai jasanya beliau dianugerahi gelar Pelopor Indonesia Airways Guna mengenang jasa perjuangannya, tanggal 13 Januari 1970, Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan dan Pimpinan Pangkalan Udara mengusulkan agar Lapangan Udara Ulin diganti menjadi Pangkalan Udara Sjamsudin Noor.

Dipilihnya Sjamsudin Noor sebagai nama Pangkalan Udara (Lanud), juga melalui proses panjang. Setidaknya ada 3 pilihan nama pahlawan baik sipil maupun militer yang diusulkan kala itu. Masing-masing Komodor Udara Supadio, Pangeran Antasari dan Sjamsoedin Noor sendiri. Melalui SK DPRD Kalsel, diputuskan nama Sjamsoedin Noor menggantikan Landasan Udara Oelin pemberian nama dari Belanda dan Jepang.

Artikel ini di salin kembali dari postingan facebook bang Rusman tulisan asli disini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Perjalanan Wisata