Selasa, 18 Februari 2014

Tahapan Upacara Perkawinan Adat Banjar

Perkawinan Adat Banjar
Kabar Kalsel - Dalam adat Banjar, istilah “kawin” dan perkawinan adalah saat kedua mempelai duduk bersanding setelah akad nikah menurut agama. Para kerabat dan undangan akan memberikan restu serta ucapan selamat sembari menikmati aneka hidangan/makanan yang di sediakan oleh pihak mempelai.

Ada beberapa tahapan dalam Upacara Perkawinan Adat Banjar yang harus di lalui kedua mempelai sebelum sampai ke pelaminan (melangsungkan perkawinan), tahapan-tahapan tersebut yaitu :




 Tahapan Upacara Perkawinan Adat Banjar

1. Basasuluh
Istilah ini di ambil dari kata " suluh" atau obor yang dapat di artikan sebagai langkah awal atau penjajakan terhadap calon mempelai wanita dan keluarganya.

2. Batatakunan
Betatakunan adalah tahapan seperti layaknya  besasuluh tetapi sifatnya lebih detail, "takun" atau bertanya  tujuannya untuk memperoleh informasi mengenai mempelai wanita yang lebih spesifik misalnya "apakah si mempelai sudah memiliki calon untuk pendamping hidup atau tidak?", atau kesiapan sang gadis untuk memasuki jenjang pernikahan atau berkeluarga. Betatakunan biasanya di lakukan oleh pihak laki-laki atau perwakilannya dengan datang langsung ke pihak (keluarga) calon mempelai perempuan.

3. Badatang
Tahapan berikutnya menunjukan keseriusan pihak mempelai pria kepada calonnya yaitu dengan Badatang. Badatang atau melamar adalah semacam menyampaikan niat atau hajat si pria untuk menjadikan si gadis sebagai calon istri kepada kedua orang tuanya. Di masa sekarang, tahapan upacara perkawinan adat Banjar sudah mulai memudar, sehingga sering kali tahapan basasuluh dan betatakunan  di lakukan saat acara Badatang atau melamar.

4. Maatar Patalian
Tahapan ini adalah tindak lanjut dari Badatang, mempelai pria yang sudah resmi Badatang dan di terima selanjutnya akan melaksanakan tahapan Maatar Patalian (pengikat). Patalian ini merupakan perangkat yang berisi pakaian, perhiasan, alat rias, serta berbagai barang lainnya yang di maksudkan sebagai simbol bekal sang mempelai untuk menjalani kehidupan baru berumah tangga.

5. Maatar Jujuran
Jujuran atau mas kawin merupakan sebuah prosesi yang juga dijalankan dalam tahapan upacara perkawinan adat Banjar.  Jujuran atau mas kawin bisa di antar kepada pihak perempuan sebelum hari saat akad nikah ataupun sesaat sebelum prosesi akad nikah. Biasanya jujuran dalam bentuk uang, emas (cincin) dan seperangkat alat sholat.

6. Nikah
Nikah adalah proses ijab qabul (akad nikah) yang di pimpin oleh seorang penghulu agar hubungan kedua mempelai sah dari segi agama dan hukum.


7. Bapingit
Perempuan yang telah menikah akan  di "pingit" atau di kurung di rumah dan tidak di perkenankan bertemu dengan mempelai laki-laki ataupun pemuda lainnya sembari mempersiapkan diri batamat Qur'an dan acara perkawinan. Dalam masa ini beberapa persiapan calon pengantin antara lain Bakasai, Batimung dan Bapacar.

8. Mandi-mandi
Pada tahapan ini mempelai perempuan atau bersama mempelai laki laki (jika sudah menikah) melakukan prosesi mandi di alam terbuka diatas satu balai yang terdiri atas 3 jenjang yang masing-masing sudutnya terpancang tombak yang di beri lelangit (semacam atap) warna kuning. Warna kuning merupakan warna dominan dalam upacara-upacara tradisional suku Banjar yang memiliki arti Kebesaran dan Keluhuran. Di dalam prosesi ini ada beberapa tanaman yang di gunakan antara lain Tebu kuning dan daun beringin sebagai lambang pengayom, daun Kambat sebagai penolak bahaya, daun linjuang sebagai penolak setan dan pagar mayang yang mengelilingi mempelai.

9. Batamat Qur’an
Batamat Qur'an adalah kegiatan mengkhatamkan Qur'an secara bersama-sama.

10. Hari Perkawinan.
Adalah hari di sandingkannya kedua mempelai dengan mengadakan semacam selamatan atau hajatan di hadiri oleh tetangga dan kerabat serta sanak saudara. Mempelai pria biasanya akan di "arak" menuju kediaman mempelai perempuan di iringi kesenian Sinoman Hadrah.

Usai hari perkawinan pun dalam  upacara Perkawinan adat Banjar masih ada tahapan yang di jalani kedua mempelai antara lain Basasarangan, Sujud dan Baailangan.

Referensi : Banjar-ese Traditional Wedding Ceremonials - Government Of South Kalimantan Province

Rabu, 12 Februari 2014

Madihin Kesenian Khas Kalimantan Selatan

Kesenian Madihin tentunya sudah cukup akrab dikalangan masyarakat suku Banjar. Tokoh seperti  Jhon Tralala dan Hendra bahkan tidak hanya di kenal sebagai pemadihin lokal tetapi juga kerap membawakan kesenian Madihin di luar Kalsel.

Kesenian Madihin Khas Kalimantan Selatan
Kata Madihin berasal dari kata madah yang artinya adalah pujian (dalam wikipedia disebutkan asal kata Madihin dari madah yang dalam bahasa Arab artinya nasihat). Seni madihin merupakan salah satu bentuk sastra tradisi ( sastra lisan ) oleh masyarakat Kal-sel dijadikan kesenian khas daerah, yang berisi sair dan pantun yang dinyanyikan. Sarat dengan nasehat – nasehat yang bermanfaat dan diselingi dengan humor yang segar. Serta selalu dapat mengikuti perkembangan zaman dan situasi serta kondisi pada saat ditampilkan termasuk selera penontonnya.

Syair Madihin merupakan jenis puisi lama dalam sastra Indonesia karena ia menyajikan syair – syair yang berasal dari kalimat – kalimat  akhir yang bersamaan bunyi.

Madah juga di artikan sebagai kata –kata pujian, karena syair – syair madihin dan bait –bait madihin berupa pujian – pujian.

Madihin menurut artilain dalam bahasa Banjar adalah Papadahan atau mamadahi dalam bahasa Indonesia artinya memberi Nasehat ini disebabkan karena isi syair – syair dan pantun berupa nasehat -  nasehat.

Contoh dalam syair Madihin.
    Kepada panganten aku bapasan
    Mulai sakarang diubah kalakuan
    Jangan lagi nang kaya bujangan
    Kahulu kahilir pina kada mangaruan
   
    Dahulu bagadang setiap minggu
    Sudah bakaluarga jangan lagi nang kaya itu
    Laki bagawi iringi do’a restu
    Supaya bagawi kada taganggu

Riwayat seni mahidin
Dalam riwayat ini terdapat empat pendapat yaitu :

Pendapat pertama : seni Madihin berasal dari kampunng Tawia kecamatan angkinang, Kabupaten Hulu sungai selatan. Pemain madihin yang terkenal di kampung itu adalah dullah nyang – nyang

Pendapat kedua     : seni Madihin berasal dari utara Kalimantan Selatan yaitu perbatasan dengan Malaysia  (malaka)

Pendapat ketiga     : Seni Madihin berasal dari kecamatan Paringin Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan selatan sebab dahulu pamandihin terkenal bernama Dullah nyang-nyang lama bermukim di parangin.

Kesimpulan : Seni madihin berasal dari banjar, berbahasa banjar yang tentu diciptakan etnik banjar. Seni Madihin sudah ada sejak tahun 1800 dan keberadaanya di pengaruhi oleh kasidah dan kebudayaan islam.

Fungsi Seni Madihin dahulu dan sekarang
a. Fungsi Madihin Dahulu   : 
1. Untuk menghibur raja – raja atau pejabat. Isi syair dan pantun berisi pujian – pujian sang raja dan pejabat istana.

2. Sebagai Hiburan bagi rakyat pada waktu – waktu tertentu seperti mengisi hiburan sehabis panen, perkawinan dan sunatan.

b. Fungsi Madihin sekarang
1. Hiburan bagi masyarakat pengisi acara tertentu seperti, perkawinan,  khitanan, peringatan hari – hari besar dan Nasional, seperti 17 agustsus,  Maulid Nabi Muhammad SAW, Pendidikan, Isra Mi’raz dll.     
2. sarana penyampaian pesan kepada masyarakat, seperti penyuluhan  Pembangunan, kesehatan dll.
3. Sebagai alat Kontrol sosial dan penerangan.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Perjalanan Wisata